Majid Merasa seperti Masih Dengar Suara Barok Kumandangkan Azan
Kejanggalan mulai terasa saat jarum jam menunjuk angka lima. Istrinya tidak kunjung pulang. Begitu keluar rumah, Arif keheranan lantaran sudah banyak kendaraan aparat di dekat tempat tinggalnya.
”Ada mobil desa. Kemudian, teman-teman saya peluk sambil bilang sing sabar, sing sabar (yang sabar, yang sabar),” ujar dia.
Bingung atas ucapan itu, dia akhirnya mengetahui bahwa cucunya jadi korban ledakan granat lontar. Seketika hatinya patah. Antara percaya dan tidak. Sampai Arif pulang. Dalam keadaan meninggal dunia.
Kamis malam itu kali terakhir dia melihat wajah cucunya. Anak laki-laki yang tidak pernah jauh dari dirinya. ”Sejak lahir sama saya dan neneknya,” ucap dia.
Kehidupan rumah tangga ibu dan ayahanda Doni, sambung dia, memang tidak mulus. Ada cobaan yang akhirnya membuat mereka pisah. Doni pun lebih betah tinggal bersama kakek neneknya.
Kali terakhir bertutur dengan Doni, lanjut Arif, pada Rabu malam (13/2). Sebelum cucunya berangkat mengaji. ”Itu kenangan terakhir,” ungkap dia.
Setelahnya, dia tidak bertemu Doni. Sampai cucunya pulang sudah dalam balutan kain kafan. Meski tidak mendengar langsung, dia menyampaikan bahwa cucunya sempat bertahan dari ledakan.
Di rumah sakit, Doni bahkan masih sempat bergurau dengan nenek dan pamannya. ”Katanya, minta nasi padang,” tutur Arif.
Keluarga masih dirundung duka atas meninggalnya Barok dan Doni akibat ledakan granat lontar.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408