Mak Edi
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Dua tokoh intelektual Islam itu sama-sama pernah jadi wartawan dan redaktur. Yakni di majalah Panji Masyarakat yang dipimpin ulama besar Buya HAMKA.
Dua-duanya juga penerus kebijakan "belajar Islam ke Barat". Komaruddin ke Ankara dan kemudian ke Connecticut Amerika Serikat. Prof Azra ke Columbia University, New York.
Di Columbia itulah Prof Azra meraih gelar doktor dalam ilmu sejarah. Disertasinya tentang jaringan ulama dunia. Lengkap dengan sejarahnya selama dua abad: 17 dan 18. Sampai pun ke Indonesia.
Disertasi itulah yang kemudian diterbitkan sebagai buku. Jadilah buku itu sebagai literatur ilmiah yang sangat penting.
"Orang Barat hanya percaya yang ilmiah. Buku ini ilmiah sekali. Itu disertasi doktor. Dari universitas terkemuka di dunia pula," ujar Prof Komar. Karya ilmiah dari universitas terkemuka. Barat pun mau mengakui dan memercayainya.
Banyak juga sebenarnya yang pernah menjelaskan soal Islam Nusantara ke dunia luar. Namun, umumnya tidak dalam format karya ilmiah. "Yang banyak itu formatnya khotbah. Orang Barat tidak percaya khotbah," tambahnya.
Di luar buku itu, Prof Azra dikenal sangat rajin membuat makalah. Begitu sering ia diundang seminar. Makalahnya selalu ditulis dengan serius.
Islam Nusantara oleh Prof Azra dinarasikan secara ilmiah. Lalu jadi rujukan di Barat: ternyata ada negara dengan penduduk mayoritas Islam tetapi bukan negara Islam.