Makan Beling untuk Ganyang Malaysia
Minggu, 06 September 2009 – 16:46 WIB
JAKARTA – Puluhan relawan yang tergabung dalam Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), kini tengah belajar beladiri dan mengasah kemampuan tenaga dalam untuk mengganyang Malaysia. Relawan yang sebagian besar merupakan tunawicara itu memusatkan latihannya di Markas Besar (Mabes) Bendera, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat. Bendera juga mengancam untuk melakukan sweeping terhadap warga Malaysia yang berada di Indonesia. Bahkan mereka akan memulangkan secara paksa warga Malaysia tersebut ke negaranya. Koordinator Bendera, Bonar Bonapentura mengatakan, pihaknya tidak ingin tinggal diam melihat Malaysia yang saat ini telah berani menginjak-injak harga diri Indonesia. Malaysia telah lancang mencaplok Ambalat, mengklaim sejumlah budaya milik Indonesia.
Saat dilatih oleh dua instruktur tenaga dalam pada Minggu pagi (6/9), sejumlah relawan melakukan tes atau uji coba kekebalan tumbuhnya. Bahkan, sebagian dari mereka mencoba makan beling. Tak hanya itu, di atas kepala mereka juga ditaruh batako kemudian dipukul dengan sebatang kayu secara keras oleh instrukturnya.
Baca Juga:
''Malaysia telah meremehkan Bangsa Indonesia. Bahkan, sudah berani mengambil Ambalat dan budaya Indonesia," kata seorang relawan yang enggan namanya dipublikasikan. Karena itulah dia bersama rekan-rekan lain rela belajar beladiri dan tenaga dalam sebagai persiapan menghadapi Malaysia. Mereka juga mengaku siap dikirim kapan saja ke Malaysia bila diperlukan.
Baca Juga:
JAKARTA – Puluhan relawan yang tergabung dalam Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), kini tengah belajar beladiri dan mengasah kemampuan tenaga
BERITA TERKAIT
- Nilai IKIP Kaltim Meningkat, Masuk Tiga Besar Nasional
- Yorrys Raweyai: DPD Akan Mengawal Proses Pembangunan PIK 2 Tangerang
- BPMK Lanny Jaya Diduga Potong Dana Rp 100 juta dari 354 Kampung
- Kipin Meraih Penghargaan Utama di Temasek Foundation Education Challenge
- Sri Mulyani: Setiap Guru adalah Pahlawan yang Berkontribusi Besar bagi Kemajuan Indonesia
- Kerugian Negara Hanya Bisa Diperiksa BPK, Ahli: Menjerat Swasta di Kasus PT Timah Terlalu Dipaksakan