Maksimalisasi CPO Terhambat Infrastruktur
jpnn.com - SAMARINDA - Konsumsi minyak nabati dunia terus bertumbuh. Tahun lalu total penggunaannya mencapai 163 juta ton dan didominasi oleh Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kepala sawit. Namun demikian, produktivitas sawit Indonesia sebesar 13,6 ton per hektare masih berada di bawah Malaysia yang mencapai 19 ton per hektare.
“Dari sisi harga potensi rebound masih sangat terbuka seiring tingginya permintaan,” ucap Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim, Ameriza Ma’ruf Moesa, seperti dilansir Kaltim Post (Grup JPNN) Senin (25/8).
Dalam tiga tahun terakhir, produksi CPO Tanah Air tumbuh sekitar 8,15 persen. Sementara itu produsen utama minyak kelapa sawit adalah Riau sebanyak 23,9 persen, Sumatra Utara sekira 16 persen, Kalimantan Tengah sekitar 10,8 persen, dan Sumatera Selatan sekitar 9,9 persen.
“CPO Indonesia mayoritas dikonsumsi oleh pasar luar negeri seperti India, Tiongkok, dan Belanda,” ucap Ameriza.
Ameriza mengatakan, CPO merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan setelah menurunnya produksi batu bara. Terlebih CPO termasuk ke dalam sumber daya alam renewable alias dapat diperbaharui.
“Berdasarkan bincang-bincang kami dengan para pengusaha batu bara, mereka tidak berani untuk memperkirakan harga akan naik lebih dari 10 dolar,” jelasnya.
Mengingat adanya kebijakan Pemerintah Tiongkok yang membatasi pembelian batu bara dengan kalori rendah di bawah 4 ribu kalori, dan tahun ini sepertinya akan diimplementasikan.
“Dengan kata lain, harus melihat sektor baru, prospeknya ada di CPO,” tutur Ameriza.
SAMARINDA - Konsumsi minyak nabati dunia terus bertumbuh. Tahun lalu total penggunaannya mencapai 163 juta ton dan didominasi oleh Crude
- PT Pegadaian Resmi Jadi Bank Emas, Legislator: Langkah Positif
- Sambut Investasi Apple di Indonesia, Pemerintah Diimbau Perkuat 4 Hal Ini
- Kontribusi Koperasi Bisa Lebih Besar daripada BUMN atau Swasta
- Pertamina Hulu Rokan Catatkan Lifting Minyak 58 Juta Barel Sepanjang 2024
- Mowilex Raih Sertifikasi CarbonNeutral untuk Keenam Kalinya
- Awal Tahun, USD Hari Ini Masih Bertengger di Rp 16 Ribuan, Kapan Turun?