Malahayati Pimpin Pasukan Janda, Resimen Tempur Ditakuti

Malahayati Pimpin Pasukan Janda, Resimen Tempur Ditakuti
Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada empat tokoh Indonesia. Upacara penganugerahan gelar pahlawan itu digelar di Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/11/2015). Foto: RAKA DENNY/JAWAPOS

Kini, dengan status Malahayati sebagai pahlawan nasional, Putro mewakili keluarga berharap pemerintah mau membuatkan museum untuk laksamana perempuan itu.

Juga mendirikan sekolah admiral Indonesia di Aceh. ”Supaya banyak pengikutnya yang bisa mengikuti jejak Laksamana Malahayati,” tutur Putro.

Dari kalangan mahasiswa, Indonesia juga memiliki pahlawan nasional baru. Dia adalah Lafran Pane, sosok pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada Februari 1947 di Sekolah Tinggi Islam (kini Universitas Islam Indonesia) Jogjakarta.

Dari rahim organisasi tersebut lahir begitu banyak tokoh penting bagi Republik Indonesia sampai sekarang.

Dengan Lafran sebagai motor, HMI juga menolak gagasan negara Islam yang disampaikan Maridjan Kartosoewirjo, pendiri Darul Islam.

”Beliau orang yang bertanggung jawab, terutama dalam mendidik anak,” kenang Muhammad Iqbal Pane, putra kedua Lafran.

Dalam membesarkan anak, hanya dua hal yang diperhatikan Lafran, yakni pendidikan dan kesehatan.

Dia rela mengeluarkan berapa pun biaya untuk memenuhi pendidikan anak-anaknya dan memastikan mereka tetap sehat.

Cornelis de Houtman, penjelajah Belanda, akhirnya terbunuh di tangan Malahayati. Dalam sebuah pertarungan satu lawan satu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News