Malala
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Pada 2013, gadis muda itu mendapatkan kesempatan untuk berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memukau para pemimpin dunia.
Malala lalu menerbitkan kisahnya dalam buku pertamanya berjudul I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shot by the Taliban (2013).
Buku itu menjadi best seller dunia, diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk Indonesia oleh penerbit Mizan.
Dalam buku itu Malala mengatakan dia lebih suka dikenang sebagai seorang anak perempuan yang memperjuangkan kesamaan hak pendidikan terhadap anak perempuan di seluruh dunia, daripada dikenang sebagai seorang anak perempuan yang pernah ditembak Taliban.
Malala lahir pada tanggal 12 Juli 1997, di Mingora, Pakistan, yang terletak di sebuah lembah bernama Lembah Swat.
Selama beberapa tahun pertama hidup Malala, kampung halaman keluarga Yousafzai menjadi tempat wisata populer yang terkenal dengan festival musim panasnya. Daerah itu mulai berubah ketika Taliban masuk.
Malala bersekolah di sekolah yang didirikan ayahnya, Ziauddin Yousafzai. Setelah Taliban mulai menyerang sekolah perempuan di kampung halamannya, Malala berpidato di Peshawar, Pakistan, pada September 2008.
Judul pidato yang disampaikan adalah “Berani-beraninya Taliban mengambil hak dasar saya untuk menerima pendidikan."
Kembalinya rezim Taliban langsung dikaitkan dengan fundamentalisme Islam, terutama soal pemberangusan peran wanita.
- Trump Bakal Menghukum Petinggi Militer yang Terlibat Pengkhianatan di Afghanistan
- Menlu Retno Perjuangkan Ekonomi Inklusif demi Kemajuan Afghanistan
- Bantu Anak-Anak Afghanistan, Indonesia Kirim 10 Juta Vaksin Polio
- Ingin Gusur Taliban, Front Perlawanan Nasional Afghanistan Harapkan Bantuan Israel
- Andalkan Serangan Quick, Timnas Voli Putra Indonesia Gebuk Afganistan
- Move On dari Kekalahan Lawan Jepang, Timnas Voli Indonesia Gebuk Afghanistan