Malam Minggu Mencekam di Lahad Datu

Malam Minggu Mencekam di Lahad Datu
Malam Minggu Mencekam di Lahad Datu
WARGA Lahad Datu menutup rapat rumahnya sejak pukul 6, Sabtu (9/3). Tak ada keceriaan malam Minggu layaknya kondisi sebelum konflik. Mereka takut karena kejadian kontak tembak pecah dengan gerilyawan Sulu pada akhir pekan awal bulan lalu.

”Sepekan lalu di Semporna ada peceroboh menyerang, kami cemas,” ujar Rozai bin Mohd, warga Lahad Datu, saat ditemui Jawa Pos (induk JPNN).

Rozai yang mengaku berasal dari Johor Bahru namun sudah 12 tahun tinggal di Lahad Datu menceritakan, lazimnya setiap malam Minggu, kota selalu ramai. ”Banyak peladang yang turun Bandar, melancong. Jadi, mereka ada yang karaoke atau minum-minum,” katanya. Namun, mulai 1 Maret lalu tempat karaoke tutup sepenuhnya. Toko tutup sejak pukul 17.00. Praktis jalanan bak kota mati. ”Siapa yang berani keluar malam dalam kondisi seperti ini,” ucapnya.

Warga juga masih trauma dengan kejadian pada 1985. Rosman, misalnya. Lelaki berusia 60 tahun tersebut masih ingat peristiwa bersejarah pada 28 tahun lalu itu. ”Lanun (perampok) dari Filipina datang, kami khawatirkan itu,” tuturnya.   

WARGA Lahad Datu menutup rapat rumahnya sejak pukul 6, Sabtu (9/3). Tak ada keceriaan malam Minggu layaknya kondisi sebelum konflik. Mereka takut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News