Malam Minggu Mencekam di Lahad Datu
Minggu, 10 Maret 2013 – 13:01 WIB

Malam Minggu Mencekam di Lahad Datu
WARGA Lahad Datu menutup rapat rumahnya sejak pukul 6, Sabtu (9/3). Tak ada keceriaan malam Minggu layaknya kondisi sebelum konflik. Mereka takut karena kejadian kontak tembak pecah dengan gerilyawan Sulu pada akhir pekan awal bulan lalu. Warga juga masih trauma dengan kejadian pada 1985. Rosman, misalnya. Lelaki berusia 60 tahun tersebut masih ingat peristiwa bersejarah pada 28 tahun lalu itu. ”Lanun (perampok) dari Filipina datang, kami khawatirkan itu,” tuturnya.
”Sepekan lalu di Semporna ada peceroboh menyerang, kami cemas,” ujar Rozai bin Mohd, warga Lahad Datu, saat ditemui Jawa Pos (induk JPNN).
Rozai yang mengaku berasal dari Johor Bahru namun sudah 12 tahun tinggal di Lahad Datu menceritakan, lazimnya setiap malam Minggu, kota selalu ramai. ”Banyak peladang yang turun Bandar, melancong. Jadi, mereka ada yang karaoke atau minum-minum,” katanya. Namun, mulai 1 Maret lalu tempat karaoke tutup sepenuhnya. Toko tutup sejak pukul 17.00. Praktis jalanan bak kota mati. ”Siapa yang berani keluar malam dalam kondisi seperti ini,” ucapnya.
Baca Juga:
WARGA Lahad Datu menutup rapat rumahnya sejak pukul 6, Sabtu (9/3). Tak ada keceriaan malam Minggu layaknya kondisi sebelum konflik. Mereka takut
BERITA TERKAIT
- Ledakan di Pelabuhan Iran, 8 Korban Tewas, 750 Terluka
- Dewan Pakar BPIP Djumala: KAA, Legacy Indonesia dalam Norma Politik Internasional
- Konflik Kashmir: Ketika Air Jadi Senjata Geopolitik
- Dukung Prabowo, Gelora Bekali Sukarelawan untuk Bantu Warga Palestina
- Legislator PKS: Misi Paus Fransiskus Menyetop Genosida di Palestina Harus Dilanjutkan
- Mengenang Paus Fransiskus, Ketum PP Muhammadiyah: Sosok Penyantun dan Humoris