Malaysia Bukan Musuh Bersama
Sabtu, 04 September 2010 – 00:11 WIB
Ke depan wajar saja jika kedua Negara saling melaksanakan taktik strategi yang lebih jitu sehingga lebih unggul. Fair saja. Namun meraih untung lebih sedikit dibanding Negara mitra masih lebih baik jika sama sekali tak menuai untung apapun, misalnya karena pemutusan hubungan diplomatic yang disusul putusnya hubungan ekonomi.
Adapun tentang sengketa perbatasan yang sudah kesekian kalinya masih membuka peluang duduk bersama di satu meja. Jika kelak akan buntu juga, dimungkinkan maju ke Mahkamah Internasional. Bahwa Indonesia kalah dalam kasus Sipadan dan Ligitan mestinya menjadi self intropeksi, bukannya malah mencucimaki sang pemenang, bagai pecundang yang kalah di meja judi.
***
Memang agak unik mengapa dalam hubungan kedua Negara jiran ini kerap menimbulkan aksi kecaman yang keras di Indonesia. Kita ingat sejak kasus Ambalat, reog Ponorogo, tari Pendek, lagu Rasa Sayang E dan sebagainya, kenangan “ganyang Malaysia” hendak dihidupkan lagi. Hubungan sejarah dan cultural, bahkan kebersamaan dalam ASEAN seakan tidak pernah ada.
Diakui bahwa dua Negara sahabat yang sangat dekat mirip ibarat kakak beradik kandung dalam satu keluarga. Selalu saja antarsaudara terbuka peluang untuk bersengketa, misalnya dalam hal harta warisan atau perusahaan keluarga. Logis belaka. Tak mungkin rasanya kita akan bertengkar dengan warga Eskimo yang jauh dalam hal sengketa perbatasan.