Malaysia Bukan Musuh Bersama
Sabtu, 04 September 2010 – 00:11 WIB
Orang-orangtua bermetafor bahwa beberapa butir telur dalam satu keranjang yang tak punya tangan dan kaki saja bisa saling gesek dan geser, sehingga ada yang retak dan pecah. Saya atau Anda misalnya bagaimana mungkin berselisih secara pribadi dengan Walikota New York, yang nun jauh di sana?
Dinamika dan romantika macam itu dipastikan akan selalu terbuka kemungkinannya di masa depan dengan Malaysia. Tinggal bagaimana mengelolanya secara G to G dengan segenap regulasi internasional yang ada, tanpa satu pihak harus mutung hendak mengumumkan perang.
Secara histories bangsa ini selalu punya “musuh bersama.” Sejak era generasi Budi Utomo, Serikat Dagang Islam dan Indische Party yang kemudian ditunaikan oleh generasi Bung Karno dan Bung Hatta. Berbenih angkatan 1908, muncullah era Sumpah Pemuda 1928 menuju proklamasi kemerdekaan RI pada 1945. Jelas sekali musuh bersama kita adalah: kolonial Belanda dan fasisme Jepang.
Adakah itu gerangan yang hilang sejak Angkatan reformasi, yang diletikkan oleh Amien Rais, Gus Dur, Megawati dan Srisultan HB ke X, walaupun tak hendak mereduksi barisan mahasiswa yang menggugat Presiden Soeharto lengser? Masih ada nama SBY, Wiranto, Akbar Tandjung, Prabowo Subianto, Tifatul Sembiring, Muhaimin Iskandar, Fajhroel Rachman, Drajad Wibowo, Rizal Ramli dan sebagainya.