Malaysia Bukan Musuh Bersama
Sabtu, 04 September 2010 – 00:11 WIB
Mungkin, bedanya generasi pasca kemerdekaan, sejak 1908 hingga 1945 sempat berusia 37 tahun, sementara musim reformasi masih berumur 12 tahun, sehingga priodeisasinya masih menyatu. Terkesan lebih merupakan masa transisi, sehingga aktor pelaku generasi sebelumnya masih berbaur dengan angkatan yang lahir setelah Orde Baru tumbang.
Ironisnya yang mencuat adalah fenomena saling berebut kekuasaan saban ada Pemilu dan Pemilihan Presiden (Pilpres), meski demokratis belaka.
Sesungguhnya angkatan terdahulupun penuh dengan perbedaan ideology, sebutlah antara Bung Karno dan Hatta serta berbagai tokoh lainnya yang komunis, nasionalis dan Islamis, tetapi tetap dipersatukan kepentingan bersama menuju Indonesia merdeka. Batas-batas ideologi kerap hilang karena satu dengan lainnya saling berhubungan walau tetap berpijak di dua organisasi yang terpisah.
Kedua, sentimen kebangsaan mereka tidak sempit. Mereka tak terpancing dengan slogan Jepang yang seolah-olah akan menghadiahkan kemerdekaan. Mereka cermat membaca perkembangan politik dunia internasional sehingga Jepang yakin akan kalah dalam Perang Dunia Kedua. Bahkan ada yang berani mengiritik Bung Karno dan Bung Hatta, dan nekad menculik kedua pemimpin itu untuk memproklamirkan kemerdekaan RI.