Malaysia & Siklus 10 Tahun

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Malaysia & Siklus 10 Tahun
Bek timnas Indonesia Elkan Baggott (kiri) melakukan selebrasi bersama Evan Dimas setelah membobol gawang Malaysia. Foto: PSSI

Pemain depan Indonesia yang biasanya garang dan tajam mendadak lumpuh dan ompong. Barisan pertahanan yang biasanya kokoh tidak tertembus tiba-tiba rapuh dan keropos.

Masih ada kesempatan untuk membalas pada pertandingan final leg kedua di Jakarta. Namun, beban terlalu berat untuk membobol empat gol tanpa balas.

Setidaknya Indonesia harus mengulangi kemenangan 5-1 pada pertandingan penyisihan. Beban yang sangat berat dan hampir mustahil. Malaysia sudah di atas angin dan Indonesia sudah masuk angin.

Akhirnya Indonesia menang 2-1, tetapi tidak cukup untuk menjadi juara. Kapten Firman Utina punya kesempatan emas menendang penalti pada menit ke-18, tetapi gagal. Harapan yang sempat timbul harus tenggelam lagi.

Gelora Senayan pun senyap diliputi pertanyaan dan kecurigaan. Tangan setan yang tidak terlihat telah merusak harapan Indonesia. Ada campur tangan pejudi internasional yang menyogok timnas Indonesia dan menghancurkan harapan bangsa Indonesia.

Ada kecurigaan besar ketika pengurus teras PSSI masuk ke ruang ganti pemain Indonesia pada leg pertama. Kabarnya, sang pengurus itu menjadi bagian dari skema jahat mafia ‘’match fixing’’ yang menghancurkan sepak bola Indonesia.

Muncullah nama misterius ‘’Ali Cohen’’ yang mengirim surat kaleng kepada Presiden SBY. Cohen membeberkan kecurigaan adanya bandar judi internasional yang menyuap pengurus dan pemain-pemain Indonesia.

Ali Cohen mendesak SBY supaya turun tangan menyelidiki skandal pengaturan skor yang memalukan itu.

Kecemasan juga muncul dari kemenangan Indonesia dari Malaysia. Kenangan siklus 10 tahun itu muncul.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News