Mama Ade Sara: Saya Yakin Mereka Anak yang Baik
jpnn.com - JENAZAH Ade Sara Angelina Suroto dimakamkan kemarin siang. Suasana kehilangan sangat terasa. Keluarga dan rekan-rekan Sara memadati lokasi pemakaman di TPU Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Orang tua Sara, Suroto dan Elisabeth Diana, tampak tabah selama prosesi pemakaman dilakukan. Meski demikian, isak tangis dari keduanya tetap tak terbendung.
Ditemui seusai prosesi pemakaman, Diana dengan wajah tabah mengaku berbesar hati atas kasus yang menimpa anak semata wayangnya itu. Namun, kata dia, proses hukum harus tetap berjalan.
"Tapi, saya percaya, setelah proses hukum, Hafiz dan Syifa akan jadi anak yang baik. Saya percaya itu. Saya yakin mereka anak yang baik," ucap dia.
Hanya, lanjut Diana, saat itu mereka tidak bisa menguasai sisi jahat dari diri mereka. "Jika nanti ketemu Hafiz, saya akan menyampaikan, kamu tetap panggil mama. Sekarang mama juga akan tetap panggil kamu anak mama. Mama dan papa ampuni Hafiz dan Syifa," ujar Diana
Saat menabur bunga di makam anaknya, Diana tampak begitu ikhlas menyikapi tragedi tersebut. "Mama tahu Ade (Sara) sudah tenang di surga. Ade maafin Hafiz ya," katanya dengan terisak.
Diana mengatakan terakhir bertemu dengan anak kesayangannya itu Senin sebelum berangkat les. Sedangkan kali terakhir Sara menghubunginya Senin siang, pukul 13.32. "Dia meminta saya menyimpan beberapa barang miliknya di rumah," ungkap Diana.
Namun, saat kembali mengontak Sara sore harinya, ponsel anaknya sudah tak bisa dihubungi. Termasuk ayahnya yang ingin menjemput korban, juga tidak bisa menghubungi. Saat itu mereka berpikir positif, mungkin baterai ponsel Sara habis. Namun, ketenangan tersebut lama-kelamaan berubah menjadi panik.
"Kami sangat khawatir. Suami saya menjemput ke tempat les juga tidak ada. Hubungi teman-teman Sara juga pada tidak tahu," ujarnya.
Diana mengungkapkan, almarhumah memang suka curhat kepada dirinya. Termasuk soal hubungannya dengan Hafiz. Saat terakhir putus, Sara mengadu bahwa Hafiz sering menyampaikan perkataan tidak baik di Twitter.
"Katanya ngomongnya nggak enak. Saya bilang begini, kalo sudah putus ya sudah, jaga hubungan yang baik. Tapi, dia bilang nggak, Ma. Mama nggak tahu sih," kata Diana menirukan ucapan anaknya.
Tindakan Hafiz dan Syifa memang mengagetkan. Bahkan, berdasar keterangan teman-temannya, saat Hafiz melayat di RSCM, ditemukan kertas di samping jenazah bertulisan "mampus luh". Diduga, kertas itu ditaruh Hafiz sebelum akhirnya dia dibekuk polisi.
Ditemui saat pemakaman, rekan korban di tempat les, Nadia Amanda Pritami, 22, mengaku masih berkomunikasi sesaat sebelum pembunuhan tersebut terjadi. Bahkan, satu hari sebelumnya, Minggu (2/3), Nadia bareng Sara menonton Java Jazz. "Saat itu sempat curhat juga. Dia punya tujuh mantan. Yang paling lama itu Hafiz," kenangnya.
Nadia mengaku masih berkomunikasi melalui WhatsApp dengan Sara pada Senin saat kejadian. Sara menyampaikan masih menunggu temannya di dekat Stasiun Gondangdia. Sebenarnya, dia menanyakan Sara yang tidak kunjung datang ke tempat les bahasa Jerman di Goethe-Institut, Jakarta Pusat. Padahal, waktu itu jam menunjukkan waktu les, pukul 18.30. "Saya tanya karena biasanya dia tidak pernah terlambat," katanya.
Sara pada komunikasi terakhir itu sempat mengirim pesan ke Nadia bahwa dirinya tidak nyaman dengan kondisi saat itu. Namun, sampai pukul 20.00 tidak ada komunikasi lagi. Ponsel korban malah tidak aktif.
"Yang saya tahu dari curhat almarhumah, Hafiz orangnya pencemburu. Misalnya, Sara tidak boleh foto dengan cowok lain," cerita Nadia. (yuz/c9/kim)
JENAZAH Ade Sara Angelina Suroto dimakamkan kemarin siang. Suasana kehilangan sangat terasa. Keluarga dan rekan-rekan Sara memadati lokasi pemakaman
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408