Mampir Guyon

Oleh: Dahlan Iskan

Mampir Guyon
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Hanya Bandung-Surabaya yang terakhir yang pakai kereta api (Turangga Panoramic) –tetap enak meski di malam hari yang gelap.

Baca Juga:

"Saya minta adik untuk jaga ibu," katanya," kata Kokkang yang punya nama depan Wahyu.

Saya pun lega. Tidak ada masalah dengan ibunya. "Ibu kian baik meski tetap tidak bisa berdiri," ujar Kokkang.

Kami pun bicara soal bukunya yang baru terbit. Kapan terbitnya?

"Ya setelah diulas di Disway. Banyak permintaan. Lalu saya terbitkan dalam bentuk buku digital," katanya. Harganya Rp 50.000 per buku.

"Untuk sebuah buku digital harga Rp 50.000 terlalu mahal," kata saya. "Kan, tidak perlu biaya cetak".

Biarlah mahal. Untuk pembaca yang mampu. Tetapi, kata saya pada Kokkang, kapan-kapan harus diturunkan setengahnya.

Buku yang ditulis Kokkang itu terlalu baik kalau hanya sedikit yang membaca.

Sangat menyentuh: seorang kartunis seperti Kokkang merawat ibunya yang sudah berumur 80 tahun dengan sepenuh hati. Padahal, ibunya sudah mulai pikun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News