Mampir Guyon

Oleh: Dahlan Iskan

Mampir Guyon
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Saya berkepentingan kian banyak yang bisa membaca buku itu.

Sangat menyentuh: seorang kartunis seperti Kokkang merawat ibunya yang sudah berumur 80 tahun dengan sepenuh hati. Padahal, ibunya sudah mulai pikun. Tidak bisa berdiri. Penglihatan turun. Pun pendengarannya.

Soal pikun itu Kokkang punya pendapat sendiri. Setelah hampir lima tahun merawat ibunda, Kokkang berkesimpulan pikun itu tidak ada.

Dia sendiri berhasil membuat ibunya kembali punya ingatan yang cukup baik.

Caranya: sang ibu terus dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberi sedikit kisi-kisi. Dari hari ke hari. Terus dipancing.

Lama-lama Kokkang justru tahu ibunya pernah bertengkar dengan siapa saja. Maka Kokkang mengajak ibunya untuk bertemu orang-orang itu. Untuk minta maaf. Mau.

Termasuk ketika diajak ke adik ipar yang di masa lalu pernah dia damprat. Lalu sang ibu mau minta maaf.

Termasuk soal utang-piutang. Kokkang berhasil memancing ingatan ibunya: punya utang kepada siapa saja. Ternyata sang ibu ingat pernah utang kalung emas ke salah satu keluarga.

Sangat menyentuh: seorang kartunis seperti Kokkang merawat ibunya yang sudah berumur 80 tahun dengan sepenuh hati. Padahal, ibunya sudah mulai pikun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News