Mampir Guyon

Oleh: Dahlan Iskan

Mampir Guyon
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Kokkang pun membeli kalung senilai utang itu. Lalu mengajak ibunya untuk menyerahkan kalung itu sebagai pembayaran utang.

"Ada juga utang ke warung-warung. Ibu pernah ambil belanjaan yang belum dibayar," ujar Kokkang.

Kepada anak yang masih satu rumah dengan ibunya yang sudah tua, Kokkang punya saran: jangan mengajak bicara orang yang sudah tua dari jarak jauh.

Orang tua itu penglihatannya sudah kurang. Juga pendengaran. Kalau diajak bicara dari jauh pikirannya bertanya-tanya: siapa yang lagi bicara itu. Lalu bicara apa. Semua tidak jelas. Muncullah emosi. Itu menambah parah orang tua.

Emosi itu bahaya kalau datang saat lagi makan. Makanan yang sudah masuk mulut bisa disemburkan. Kokkang berkali-kali kena semburan di wajahnya.

Sejak itu muncul ide: memberikan cerita di balik makanan yang akan disuapkan. Misalnya kenapa kurang gurih –akibat dikuranginya garam dan bumbu masak.

Jangan pernah bilang bahwa garamnya sengaja dikurangi. Atau sengaja tidak pakai bumbu masak. Sebut saja ''pemerintah lagi melakukan operasi garam'' atau sebangsanya.

"Anda kan sudah hampir lima tahun hanya merawat ibunda. Dari mana uang untuk hidup?"

Sangat menyentuh: seorang kartunis seperti Kokkang merawat ibunya yang sudah berumur 80 tahun dengan sepenuh hati. Padahal, ibunya sudah mulai pikun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News