Mampukah Indonesia Jadi Mediator Taliban dan Pemerintah Afghanistan?

Indonesia, sebut Nanto, harus berani menempatkan diri sehingga posisinya tidak diremehkan, mengingat kehadiran aktor internasional lain dalam konflik itu, seperti AS dan Iran.
"Artinya penggalangan (aktor) domestik ini, pada saatnya, akan melibatkan kesediaan dan kepentingan aktor internasional," jelasnya.
"Namun begitu ada tantangan lainnnya terkait dengan keberadaan aktor internasional, itu yang membedakan dengan kasus JIM sebagai best practice (tata kelola yang baik)."
Tantangan lainnya bagi Indonesia adalah keterbatasan jaringan atau network di tengah hadirnya aktor internasional.
"Indonesia di konflik Afghan boleh dikatakan memiliki networks (jaringan) yang relatif lebih terbatas dibandingkan dengan (di konflik) Kamboja."
"Ini menjadi tantangan bagi Indonesia sebagai mediator. Tapi dengan kepercayaan dan kemampuan mengelola kepercayaan itu tantangan ini bisa diatasi," ujar Sri Nanto.
Dalam perwujudan perdamaian, kata peneliti LIPI ini, jaringan dan kepercayaan terhadap semua pihak menjadi kunci penting
Indonesia memang diminta
Pertemuan JK dengan Taliban tidak diliput secara resmi oleh media di Indonesia.
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Kampanye Pemilu di Australia: Jarang Ada Spanduk, Lebih Menjual Kebijakan