Mandi di Cemberlitas Hamam, Tempat Kebugaran Tradisional ala Turki

Bersauna di Atas Marmer dan Dipijat dengan Busa

Mandi di Cemberlitas Hamam, Tempat Kebugaran Tradisional ala Turki
Pemandian Cemberlitas Hamam yang ada sejak 1584. Warisan budaya Turki itu terkenal hingga seluruh dunia. Foto: Mochamad Salsabyl Ad’n/Jawa Pos

Meski bagian pintu masuk kurang meyakinkan, pengunjung akan dibawa ke suasana yang lain saat memasuki ruang tunggu. Ruangannya cukup luas dengan dominasi berbahan kayu di seluruh perabotannya. Terlihat jejeran kain putih bercorak setrip merah dijemur di lantai atas. Seperti handuk atau semacam kain untuk keperluan mandi. "Apa yang bisa saya bantu?" ujar seorang pegawai perempuan di meja resepsionis dengan bahasa Inggris seadanya.

Di front office itu terpampang menu hamam yang bisa dipilih pengunjung. Misalnya mandi sauna yang biayanya TRY (Turkish lira) 60 atau sekitar Rp 290 ribu. Setelah bertanya ini dan itu, akhirnya saya memilih traditional style yang ongkosnya TRY 92 atau Rp 445 ribu.

Setelah saya membayar, pegawai itu langsung memberikan tiga perlengkapan mandi: waslap, sabun, dan gelang kunci. Dia kemudian mengarahkan saya ke ruangan di lantai 2. Di sana rupanya ada ruang ganti pribadi dengan loker nomor 33. Seorang karyawan laki-laki yang berjaga di ruangan itu lalu memberikan selembar kain untuk saya kenakan setelah melepas baju dan celana. Baru setelah itu saya kembali ke lantai 1 untuk menikmati hamam di tempat yang paling terkenal di Istanbul.

Ruangannya berada di balik ruang tunggu utama. Di sana terdapat ruang hararte, ruang mandi hamam. Tak seperti ruang tunggu yang didominasi furnitur kayu, ruang hararte mencolok dengan ornamen berlapis marmer. Di ruangan itu saya bertemu dengan Hasyim, 54, salah seorang karyawan yang bertugas memandikan para pengunjung.

Sesaat setelah berada di ruang hararte, napas langsung terasa sesak dengan suhu ruangan yang mencapai 40 derajat Celsius. Ruangan tersebut cukup luas dengan sepuluh bak kecil berisi air. Di empat sudutnya terdapat empat ruangan kecil yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin mandi sendiri.

Di tengah ruangan terlihat beberapa pengunjung yang berbaring di göbek ta??, panggung marmer yang bisa digunakan pengunjung untuk sekadar rebahan atau tempat untuk dimandikan. Saat mencoba merebahkan diri di panggung itu, saya melihat atap kubah berwarna krem pastel yang dirancang dengan lubang-lubang angin di atas saya.

Tak berapa lama, keringat saya mengucur deras. Dengan aroma sulfur yang meruap di ruangan itu, mandi sauna khas Turki tersebut ternyata cukup nyaman. Tak begitu terasa panas. Bahkan, kalau mau, kita bisa tertidur pulas saking nikmatnya.

Sepuluh menit kemudian, Hasyim datang dengan membawa baskom berisi air hangat. Dia lalu menyuruh saya tidur telungkup di ujung göbek ta??. Dengan bantal tempayang, dia mulai menggosok-gosok tubuh saya dengan kain waslap.

Turki dikenal memiliki khazanah budaya yang beragam. Salah satunya adalah hamam, pemandian umum khas yang merupakan perpaduan budaya Bizantium dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News