Manfaat Bepergian Keliling Dunia Solo Menurut Backpacker Perempuan
Beberapa negara terlalu beresiko untuk pelancong perempuan solo
Frekuensi yang dialami para perempuan dalam mengalami pelanggaran jenis ini selama perjalanan mereka membuat penulis Lee Tulloch berpendapat -di majalah Traveller bulan Maret -bahwa beberapa negara "menawarkan terlalu banyak resiko" bagi pelancong perempuan solo.
"Hindari negara-negara yang politisi dan polisi-nya terkenal menyalahkan korban," Lee menyarankan pembaca perempuannya.
Ini adalah nasehat populer mengingat fenomena meningkatnya jumlah perempuan yang merencanakan perjalanan seorang diri: “Berpikirlah realistis, jangan pergi ke sana."
Tapi apakah saran itu membuat para perempuan memiliki peta yang terlalu kecil untuk dieksplorasi?.
Statistik komprehensif yang merinci khusus tingkat kekerasan terhadap turis perempuan memang sulit untuk didapat, tapi data lain memberitahu kami dengan tegas bahwa kekerasan terhadap perempuan, yang dibarengi dengan impunitas virtual, merupakan endemik di setiap negara di Bumi ini.
Australia tak terkecuali. Diperkirakan, sekitar 1 dari 5 perempuan Australia mengalami kekerasan fisik dan atau seksual sejak usia 15 tahun.
Kekerasan ini bisa, dan tentu saja, meluas ke para pelancong perempuan, seperti yang terjadi pada dugaan pemerkosaan dan penculikan dua ‘backpacker’ (pelancong dengan bujet minim) perempuan di Australia Selatan awal tahun ini.
Sejak kematian ‘backpacker’ perempuan di Ekuador terungkap, pelancong perempuan dari berbagai negara membagi pengalaman perjalanan solo
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati