Manfaatkan Jaringan Bulog di Kawasan Non-Produsen Gula
Senin, 15 Oktober 2012 – 02:02 WIB
SURABAYA - Pendistribusian gula oleh Perum Bulog ke wilayah-wilayah di kawasan Indonesia timur dirasa Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia lebih efisien timbang mengandalkan impor. Apalagi, pemerintah tengah melakukan revitalisasi terhadap fungsi Bulog sebagai lembaga penyangga tiga komoditas yakni beras, gula dan kedelai. "Selama ini, pemerintah memilih impor untuk memenuhi defisit gula, terutama di kawasan non produsen. Ditambah, yang kami juga sesalkan keputusan impor itu berlaku ketika musim giling berlangsung, sehingga pengiriman gula petani ke kawasan tersebut menjadi tidak lancar," tandas dia.
Ketua APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan Perum Bulog memiliki jaringan distribusi cukup luas dan merata di seluruh wilayah Indonesia. "Dengan jaringan yang dimiliki, bulog dengan mudah mendistribusikan gula ke wilayah yang sulit dijangkau seperti Sulawesi sampai Papua. Setidaknya, Bulog hanya mengeluarkan biaya distribusi. Berbeda dengan pedagang, selain sulit menjangkau wilayah tersebut, harga gula pun menjadi lebih mahal," tandas dia.
Menurut ia, langkah tersebut lebih tepat dibandingkan harus impor untuk memenuhi kebutuhan gula bagi pasar luar jawa. Karena dengan demikian, penyerapan pasar terhadap gula lokal menjadi tinggi, sehingga bisa menggairahkan industri gula nasional.
Baca Juga:
SURABAYA - Pendistribusian gula oleh Perum Bulog ke wilayah-wilayah di kawasan Indonesia timur dirasa Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia lebih
BERITA TERKAIT
- Bank Mantap Indonesia Bantu Kebutuhan Para Pensiunan Lewat 3 Pilar ini
- Tingkatkan Pelayanan, KAI Logistik Pangkas Waktu Tempuh Rute Bandung–Surabaya
- Kementerian BUMN Gelar Workshop Penggunaan AI Dalam Komunikasi Media Sosial
- Distribusikan Pupuk Bersubsidi, Petrokimia Gresik Siapkan Stok Lebih dari 372 Ribu Ton
- Sentinel VIP Indonesia Hadirkan Layanan dengan Konsep No Win-No Fee
- Pertamina Sukses Menjaga Pasokan Energi Nasional Selama Periode Natal dan Tahun Baru