Mantan Buruan Intel di Pucuk KPK
Selasa, 28 Juni 2011 – 00:08 WIB
Karena posisinya di KPK pula, Busyro tak mau terjebak pada kepentingan politik. Ia juga tak mau membatasi diri dengan terafiliasi pada partai politik tertentu. Karenanya saat ditanya soal obsesi politik, Busyro selalu punya pilihan tersendiri sebagai jawaban.
"Saya ini sudah terbiasa hidup dalam relasi-relasi multikultural. Sejak awal saya tidak punya riwayat parpol. Jadi dengan siapa pun tidak ada apa-apanya, makanya saya tidak pernah mau masuk parpol. Kalau katanya mau jadi ini atau itu, potongan saja tidak ada, jahitan apalagi," ujarnya terkekeh.
Yang pasti, sikap kritis Busyro pada ketidakadilan sudah dimulai sejak belia. Jauh sebelum bergabung dengan para pembela HAM di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Busyro sudah menjadi "pemberontak" di saat menempuh pendidikan di SMA 1 Muhammadiyah Yogjakarta/
Bersama Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun, Busyro menggalang kekuatan dari rekan-rekannya untuk menggusur guru di SMA yang tenar dengan sebutan SMA Muhi itu. Alasannya, karena Pak Guru tak bersikap demoktratis. ”Kebetulan Emha ketua IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) di Muhi dan saya sekretarisnya. Akhirnya guru itu diberhentikan setelah kami demo,” ujar Busyro.
BAGI yang belum kenal dekat, Busyro Muqoddas mungkin terlihat sebagai sosok pendiam dan serius. Tapi jangan salah, pria kelahiran Yogyakarta 17 Juli
BERITA TERKAIT
- Jenderal Polri Menjamin Penanganan Kasus Penembakan Siswa Semarang Transparan
- Katarina Minta Jaksa Segera Eksekusi Pelaku Pemalsuan Akta Setelah Kasasi Dikabulkan
- Pensiunan Notaris Diduga Dikriminalisasi dengan Sengketa Perdata yang Dipidanakan
- Kebakaran Melanda Rumah Padat Penduduk di Tanah Abang, Ini Dugaan Penyebabnya
- Tidak Seluruh Honorer Lulus PPPK 2024, Sudah Diantisipasi, 3 Alasannya
- PWNU Jateng Sebut Pilkada Membuktikan Kedewasaan Politik Warga