Mantan Menteri NT di Australia Habiskan Rp 50 Juta di Bar Tokyo
Salah seorang politisi di Kawasan Utara (NorthernTerritory) Matt Conlan mengakui bahwa dia pernah menghabiskan dana $ 5.119.54 di sebuah bar di Tokyo (Jepang) ketika masih menjadi menteri pariwisata, yang kemudian dibayar menggunakan kartu kredit kantor.
Dalam pernyataannya di depan anggota parlemen Kawasan Utara hari Rabu (29/4/2015), Conlan mengakui bahwa "dia melakukan kesalahan mendasar ketika itu" dan "kebaikannya sudah dimanfaatkan oleh pihak lain."
"Karenanya, situasi yang saya hadapi ketika itu adalah kartu kredit saya sendiri tidak cukup untuk membayar tagihan di bar tersebut." kata Conlan.
"Kemudian saya harus menelpon kantor pusat, dan meminta atasan saya untuk membayar dengan menggunakan kartu kredit pemerintah."
Matt Conlan says the bar tab racked up when he was an
Matt Conlan mengatakan insiden tersebut terjadi bulan Oktober 2013, dan dia kemudian mengganti biaya pengeluaran di Tokyo tersebut dari pemotongan gajnya sendiri.
"Saya waktu itu baru menjadi menteri dan belum berpengalaman. Sekarang melihat lagi insiden tersebut, saya harus mengatakan itu adalah kesalahan besar. Saya salah terlalu percaya dengan orang yang baru dikenal di tempat asing." tambah Conlan.
Pengakuan Conlan ini muncul setelah adanya permintaan melalui Undang-undang Kebebasan Informasi untuk mengetahui pengeluaran kartu kredit Kementerian Pariwisata.
Salah seorang politisi di Kawasan Utara (NorthernTerritory) Matt Conlan mengakui bahwa dia pernah menghabiskan dana $ 5.119.54 di sebuah bar di Tokyo
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat