Mantan Pilot Ini Mendapat Julukan Malaikat
Sebelum berangkat, Budi dan istri menambah barang yang akan dibawa ke Kupang. Jumlahnya sangat banyak. Sampai rumahnya di kawasan Kalideres tidak mampu menampung.
”Mungkin jika ditotal, beratnya sampai 9 ton. Ini juga makin membuat saya pusing memikirkan cara membawanya ke NTT,” ujarnya.
Keajaiban kembali menghampiri Budi. Saat sedang kalut dengan masalahnya, Budi menemukan nomor telepon temannya yang sudah lama hilang kontak. Dia teman pilot semasih di Garuda.
”Teman saya itu menyuruh saya menghubungi seorang kapten kapal Pelni yang mungkin bisa membantu saya,” kata pria asal Jogjakarta tersebut.
Budi pun langsung menghubungi kapten kapal itu dan mengungkapkan maksudnya. Awalnya sang kapten agak menjaga jarak. Namun, setelah mendengar nama keluarga Peggy, dia langsung ramah.
Sang kapten malah meminta Budi memanggilnya om karena ternyata dia adalah teman kecil mertua Budi. ”Saya benar-benar dimudahkan,” ucap Budi penuh syukur.
Sesampai di kamp pengungsi di Atambua, Budi dan keluarga makin tidak tega melihat kondisi para pengungsi yang ternyata lebih merana daripada yang digambarkan di televisi. Para pengungsi sudah tidak peduli apa yang mereka makan.
”Makanan mereka dikerumuni semut pun masih tetap mereka makan. Bayi-bayi juga tidak terurus. Beberapa malah dibiarkan begitu saja karena penuh luka,” cerita Budi.
SOSOK Budi Soehardi cukup beken di kalangan masyararakat Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mantan pilot Garuda dan Singapore Airlines itu
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408