Mantan Pilot Ini Mendapat Julukan Malaikat

Setelah kunjungan pertamanya itu, di sela-sela kesibukannya bekerja, Budi dan Peggy masih bisa berkunjung ke Timor untuk membantu para pengungsi. Tidak seperti kedatangan pertama, kedatangan Budi selanjutnya tak membawa barang-barang bantuan.
”Kami belajar dari pengalaman sebelumnya. Kami bawa uang saja. Belanja di Kupang sudah cukup,” ujar peraih CNN Heroes 2009 tersebut.
Dari kunjungan demi kunjungan itu, terbetiklah niat Budi dan istri untuk mengentaskan anak-anak para pengungsi tersebut. Mereka lalu punya ide untuk membawa anak-anak itu ke Kupang. Awalnya mereka mengontrak sebuah rumah seharga Rp 500 ribu sebulan.
”Kami bermaksud merawat mereka. Dari rumah kontrakan itulah kami mulai merintis untuk mendirikan panti asuhan ini,” kata Budi.
Budi lalu mempekerjakan beberapa perempuan untuk merawat empat bayi yang berhasil mereka selamatkan dari tempat pengungsian.
Budi menjelaskan, kondisi bayi-bayi yang ditinggalkan orang tuanya itu sangat memprihatinkan. Tubuhnya penuh luka.
Bayi-bayi tersebut disembunyikan para pengurus tempat pengungsian agar tidak terlihat tamu yang mengunjungi kamp.
”Setelah ada rumah kontrakan itu, istri saya sering bolak-balik ke Kupang. Dalam sebulan bisa sampai lima kali. Dia yang ngurus panti asuhan ini,” terang pria 60 tahun tersebut.
SOSOK Budi Soehardi cukup beken di kalangan masyararakat Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mantan pilot Garuda dan Singapore Airlines itu
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu