Manusia Gurun

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Manusia Gurun
Kerusuhan di Kota Linkoping, Swedia, Kamis sore (14/4) yang terpicu rencana aksi demonstrasi membakar Alqur'an. Foto: Twitter/PontusPersson5

Rudyard Kipling menyebutnya penjajahan itu sebagai “White Man’s Burden”, kewajiban manusia kulit putih terhadap bangsa kulit berwarna.

Justifikasi Kipling terhadap kolonialisme dan imperialisme ini dikecam keras oleh Edward Said.

Menelaah hubungan sastra dengan imperialisme, Said mengatakan bahwa karya-karya seni dan sastra Barat secara sengaja telah menjadi bagian dari propaganda barat untuk menjadi pembenaran penjajahan Barat atas timur.

Karya-karya film Hollywood sampai sekarang banyak yang menjadi propaganda pembenaran superioritas barat atas timur.

Demo yang luas terhadap Rasmus Paludan adalah pelampiasan kekecewaan atas kejahatan penjajahan barat selama ratusan tahun yang tidak pernah berhenti dan tetap berlanjut sampai sekarang.

Di Indonesia, benturan itu masih selalu bermunculan. Salah paham dan kecurigaan terhadap Islam meluas menjadi islamophobia yang mendalam. Seorang guru besar seperti Budi Santoso bisa membuat unggahan yang tidak sensitif terhadap umat Islam.

Menyebut hijab sebagai pakaian manusia gurun adalah tindakan yang tidak sensitif yang menunjukkan pola pikir yang tidak akomodatif terhadap perbedaan budaya.

Hijab yang menjadi identitas wanita muslim sering dilecehkan sebagai pakaian gurun karena bagian dari budaya Timur Tengah.

Prof Budi dianggap melecehkan syariah Islam karena menyebut perempuan yang memakai hijab sebagai pakaian manusia gurun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News