Manusia Kerdil

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Manusia Kerdil
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Indonesia mendapatkan berkah modal yang sangat berharga. Jamrud Katulistiwa, jaminan kemakmuran. Tongkat dan batu jadi tanaman di Nusantara, kata Koes Plus. Namun, di negeri Indonesia tongkat dipakai menggebuk buruh dan batu untuk melempari polisi.

Modal teknologi adalah sebuah niscaya. Di dunia global penguasaan teknologi akan menjadi faktor pembeda. Akses terhadap teknologi terbuka bagi bangsa mana saja selama strategi pendidikannya bisa menjawab tantangan globalisasi, dan bisa menempatkan diri pada sisi sejarah yang benar.

Teknologi adalah ciptaan manusia yang bisa diakses manusia mana saja yang mumpuni.

Faktor ketiga adalah institusi, dalam hal ini adalah pemerintahan. Lokasi geografis adalah anugerah dari Tuhan, sedangkan teknologi dan institusi adalah buatan manusia.

Banyak negara-negara kaya sumber daya alam terkena kutukan “resource curse”, alih-alih makmur malah menjadi gembel karena gagal mengelola kekayaan alam untuk kemakmuran dan kesejahteraan.

Bangsa Indonesia dikaruniai kelapa sawit yang berlimpah, minyak yang limpah ruah, dan batu bara yang murah. Namun, semuanya tidak menjadi berkah, tetapi malah menjadi kutukan. Minyak goreng langka, harga bahan bakar minyak naik, harga-harga lainnya melonjak.

Institusi pemerintahan yang tidak kompeten, dan hanya sibuk memikirkan perpanjang kekuasaan, akan membuat sebuah bangsa yang secara geografis potensial makmur menjadi terpuruk.

Bangsa ini hidup sebagai kuli di tengah bangsa-bangsa, dan menjadi bangsa yang dipenuhi para kuli. “Coolies among nations, nation among coolies,” kata Bung Karno.

Sebuah epos besar dilahirkan abad ini, tetapi momen besar itu menemui manusia kerdil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News