Manusia Perahu Bengawan Solo di Kanor, Bojonegoro, yang Terancam Punah
Terbiasa Seminggu Penuh Hidup di Atas Air
Kamis, 06 Desember 2012 – 10:32 WIB
Dasim dan Marzuki adalah bagian dari "peradaban" Bengawan Solo yang telah secara turun-temurun terbentuk di Kanor dan beberapa kawasan lain di Bojonegoro: manusia perahu. Mereka menghabiskan lima hari dalam sepekan atau seminggu penuh menyusuri Bengawan Solo untuk mencari ikan.
Otomatis, perahu pun menjadi rumah pengganti, tempat mereka makan dan tidur. Untuk itu, perahu dilengkapi atap dari anyaman bambu yang dilapisi plastik untuk mencegah terik dan hujan.
Budaya hidup di atas air para manusia perahu Bengawan Solo itu mirip Suku Sawang di Belitung dan Suku Bajo yang berdiaspora di berbagai wilayah pantai Indonesia. Kedua etnis itu sangat menggantungkan hidup dari laut.
Dasim dan Marzuki contohnya. Sejak Selasa (27/11) dini hari lalu keduanya berangkat memburu ikan di sepanjang aliran Bengawan Solo. Rabu (28/11) tengah hari mereka bersandar lagi ke tempat semula. Kali ini tak terlalu lama karena akhir tahun seperti ini merupakan musim paceklik ikan.
Di Kanor dan beberapa kawasan lain di Bojonegoro, budaya menjadi "manusia perahu" Bengawan Solo telah turun-temurun diwariskan. Namun,
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala