Manusia Perahu Bengawan Solo di Kanor, Bojonegoro, yang Terancam Punah
Terbiasa Seminggu Penuh Hidup di Atas Air
Kamis, 06 Desember 2012 – 10:32 WIB
Mereka mengaku memburu ikan hingga daerah Babat, Lamongan. "Kalau November begini, ikannya memang sepi. Semalam mencari saya hanya dapat uang Rp 40 ribu," kata Dasim siang itu. Kendati begitu, wajah keduanya tak terlihat kecewa.
Berdasar siklus yang dia pahami, menjelang akhir tahun seperti ini, Bengawan Solo memang paceklik ikan. Apalagi, air bengawan juga naik karena hujan deras beberapa hari terakhir. "Saat ini ikan-ikan lagi bertelur. Nanti panennya pada Agustus dan September," terang Dasim.
Pada bulan-bulan itu, keduanya bisa meraup banyak rupiah. Dalam semalam Dasim bisa menjual ikan ke Pasar Kanor atau Pasar Bojonegoro hingga mendapatkan uang Rp 250 ribu.
Karena itu, pada bulan-bulan tersebut, keduanya benar-benar memaksimalkan waktu. "Lima hari atau seminggu nggak pulang ke rumah sudah biasa," katanya.
Bahkan, perahu mereka bisa menyusuri Bengawan Solo hingga daerah Cepu, Jawa Tengah. Sebuah radio kecil menjadi sarana hiburan untuk menikmati siaran wayang kulit.
Di Kanor dan beberapa kawasan lain di Bojonegoro, budaya menjadi "manusia perahu" Bengawan Solo telah turun-temurun diwariskan. Namun,
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala