Manusia Perahu Bengawan Solo di Kanor, Bojonegoro, yang Terancam Punah

Terbiasa Seminggu Penuh Hidup di Atas Air

Manusia Perahu Bengawan Solo di Kanor, Bojonegoro, yang Terancam Punah
MANUSIA PERAHU: Aktifitas para masyarakat sekitar Bengawan Solo di Dusun Kendal, Desa Kabalan Kecamatan Kanor Bojonegoro yang sebagian hidupnya menghabiskan waktu di atas perahu. Mereka mancari nafkah dengan menacari ikan sepanjang Bengawan Solo. (30/11/12) FOTO: Guslan Gumilang/Jwa Pos
Dasim mengungkapkan, profesi nelayan bengawan tersebut diturunkan oleh keluarganya. Ayah lima anak itu menjelaskan, di Kanor, manusia perahu ada sejak zaman kakek buyutnya. "Turun-temurun sudah jadi nelayan seperti ini. Mbah buyut saya juga nelayan di Kanor," katanya.

Bahkan, saudara-saudara mereka juga akhirnya menjadi nelayan di kawasan Kali Jagir dan Kali Sepanjang. "Kalau ada nelayan mencari ikan di sungai di daerah Surabaya, sudah pasti mereka dari Kanor," katanya.

Namun, menurut Dasim, lambat laun kondisi itu berubah. Kultur menggantungkan hidup ke Bengawan Solo belakangan tak diminati lagi oleh anak-anak muda di Kanor. Contohnya di antara lima anak Dasim yang semuanya laki-laki, tak satu pun mau menjadi nelayan seperti dirinya.

Mereka memilih bekerja di pabrik-pabrik di Surabaya. "Saya tentu tak bisa mengekang. Saya bebaskan saja keinginan mereka," ucapnya.

Demikian halnya Marzuki. Dia tak mungkin mewariskan keahliannya menyusuri sungai karena tak punya keturunan.

Di Kanor dan beberapa kawasan lain di Bojonegoro, budaya menjadi "manusia perahu" Bengawan Solo telah turun-temurun diwariskan. Namun,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News