Mao Muda

Oleh: Dahlan Iskan

Mao Muda
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

"Siapa yang pasang lampunya?"

“Pemda Wuhan".

Ternyata yang penting semua pemilik gedung mengizinkan disorot lampu yang dikendalikan dari komputer sentral. Agar tata cahaya dan desain cahayanya tertata di seluruh kota. Alangkah indahnya.

"Sudah dekat pasar," kata si Mercy. "Di dekat lampu bang-jo sana itu," tambahnya.

Ternyata benar. Saya tidak bisa melihat apa-apa. Pagarnya tinggi. Rapat. Seperti dari bahan hardboard.

Bangunan di dalam pagar itu masih ada. Tetapi tidak terlihat jelas. Gelap. Tidak berlampu. Kelihatannya hanya saya yang memperhatikan bekas lokasi pasar itu.

Pengendara lain cuek. Lalu-lintas padat. Tidak ada pengemudi yang menengok ke pasar itu.

Pagi harinya, setelah berolahraga di pinggir air, saya minta diantar ke rumah sakit terkenal itu: yang dibangun hanya 10 hari itu. Sekalian meninggalkan Wuhan menuju stasiun kereta cepat.

SAYA putuskan: ke Wuhan. Malam itu juga, saya minta diantar ke pasar Covid-19 itu. Besoknya saya sudah harus ke kota Changsha.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News