Marak, Penjarahan Pascabentrok

Marak, Penjarahan Pascabentrok
Marak, Penjarahan Pascabentrok
SEBELUM beredar video pembantaian yang dibawa lembaga adat Megou Pak ke Jakarta, suasana di Mesuji (baik Provinsi Lampung maupun Sumatera Selatan) bisa dibilang kondusif. Terutama warga yang berkonflik dengan perkebunan sawit seperti PT BSMI (Barat Selatan Makmur Investindo) di Lampung dan PT SWA (Sumber Wangi Alam) di Sumsel.

Situasi agak memanas memang terjadi dalam sengketa lahan register 45 yang dikelola PT Silva Inhutani di Mesuji, Lampung. Jawa Pos yang selama seminggu menelusuri kawasan Mesuji mendapat gambaran, situasi di lahan register 45 agak memanas karena banyaknya kelompok yang selama ini ikut dalam arus konflik. Bahkan, isu SARA pun diembuskan. Misalnya, berembus kabar bahwa tempat-tempat ibadah seperti pura dan masjid ikut dirobohkan dalam penertiban.

Hal itu sangat berbeda dengan kondisi warga yang selama ini bersengketa dengan perusahaan perkebunan besar swasta (PBS). Misalnya, warga tiga desa di Kabupaten Mesuji yang berkonflik dengan PT BSMI. Sebelum beredarnya video tersebut, warga cenderung pasif. Mereka seolah puas "balas dendam" dengan membakar dan merusak aset perusahaan setelah ada seorang warga tewas tertembak.

Meskipun persengketaan warga dengan perusahaan perkebunan bisa dikatakan mereda, aparat tetap harus melakukan antisipasi. Sebab, konflik baru bisa saja terjadi. Salah satu di antaranya, penjarahan hasil perkebunan yang dilakukan pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan konflik.

SEBELUM beredar video pembantaian yang dibawa lembaga adat Megou Pak ke Jakarta, suasana di Mesuji (baik Provinsi Lampung maupun Sumatera Selatan)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News