Marak Politik Uang, Demokrasi Indonesia Labil
jpnn.com - JAKARTA - Lima belas tahun setelah reformasi, situasi demokrasi di Indonesia dinilai belum stabil. Hal ini terlihat dari maraknya kecurangan dan politik uang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada).
Situasi tersebut sangat disayangkan oleh mantan aktivis Front Aksi Mahasiswa Indonesia, Andriyanto. Sekjen ProDem ini mengatakan, saat ini banyak pihak yang tidak bisa menerima hasil pemilukada. Bahkan tak sedikit yang menggugat hasil pemilukada ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Bahkan beberapa pihak mengekspresikannya dengan praktek kekerasan. Artinya demokrasi yang tidak seperti hari ini, yang memakan biaya besar dan segala macam, sehingga ongkos politik menjadi mahal. Akhirnya, yang rugi ya masyarakat kembali," kata Andriyanto dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (14/12).
Direktur Eksekutif Sun Institute ini pun mengajak semua pemangku kepentingan untuk terus memperjuangankan reformasi. Ia menegaskan, tak ada kata berhenti dalam reformasi.
"Hari ini memang kita mengalami kebebasan, tapi kan kebebsan yang seperti apa? Ada pemilu yang 5 tahun sekali yang cukup bebas, tapi apakah pemilu itu ada korelasi dengan demokrasi untuk kesejahteraan," tandasnya. (dil/jpnn)
JAKARTA - Lima belas tahun setelah reformasi, situasi demokrasi di Indonesia dinilai belum stabil. Hal ini terlihat dari maraknya kecurangan dan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Indonesia Punya 106 Ribu Apoteker, 60 Persennya Terkonsentrasi di Jawa
- Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Wilayah Ini, BMKG Imbau Masyarakat Waspada
- Ruang Amal Indonesia dan ZIS Indosat Segera Buka Program Amal Vokasi di KITB
- Said PDIP: Ibu Megawati Memang Tulus Bilang Terima Kasih kepada Prabowo, MPR, dan Rakyat
- Kuasa Hukum Tepis Isu Miring Terkait Eks Dubes RI untuk Nigeria Usra Hendra Harahap
- RI 36 Berulah di Jalan, Nusron Wahid Sindir Netizen yang Salah Sasaran