Maraknya Perang Takjil di Bulan Ramadan, Pelajaran Apa yang Bisa Diambil untuk Toleransi?

Meski sadar ada warga non-Muslim yang tidak disenangi karena ikut tren takjil war, keduanya merasa dihargai.
"Dari komentar kita juga bisa baca, orang-orang malah senang kita membantu UMKM," kata Yoren.
"Bahwa Ramadan bisa dirasakan semua agama."
Jeanne mengatakan tren ini mencerminkan toleransi yang "semakin tinggi" di Indonesia.
"Pasti ada lah minoritas yang komentar [buruk], tapi sedikit banget," katanya.
"Mostly [kebanyakan] enggak dinyinyir, disindir, atau dikucilkan."
'Suasana sekarang lebih kondusif'
Menurut Ika Idris, Associate Professor dari Monash University Indonesia, meski ramai di media sosial di tahun ini, perang takjil ini sebenarnya sudah lama.
"Saya melihatnya ini seperti Tahun Baru Imlek, sebenarnya yang nonton barongsai juga banyak Muslim dan umat agama lain yang excited."
Perang takjil mungkin sudah lama terjadi di Indonesia, tapi semakin ramai di jejaring sosial sampai ada video parodi yang membuat kita tertawa
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Prediksi BI, Ritel Tumbuh 8,3% saat Ramadan & Idulfitri
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam