Maraknya Perang Takjil di Bulan Ramadan, Pelajaran Apa yang Bisa Diambil untuk Toleransi?

"Biasanya ekspresi beragama itu diikat oleh aturan-aturan beragama, tapi platform media sosial menyediakan ruang untuk mengekspresikan keragaman identitas," ujar Ika, yang juga pengamat jejaring sosial.
Makanya tidak heran jika terlihat juga beberapa video, kebanyakan parodi, yang menggambarkan warga non-Muslim yang berpura-pura memakai kerudung atau menghafal rukun iman Islam demi membeli takjil.
"Apalagi Indonesia pernah terpolarisasi dalam konteks agama pada pemilu 2019, tapi pada pemilu di tahun ini polarisasi agama paling sedikit, yang paling banyak adalah polarisasi politik."
"Ekspresi yang selama ini ditahan-tahan itu akhirnya muncul, karena suasananya sekarang lebih kondusif."
'Toleransi next level'
Pendeta Marcel Saerang dari Tiberias Church terkejut ketika potongan videonya yang menyebut perang takjil viral di media sosial.
"Agama kita toleran, tapi soal takjil kita duluan," canda Pdt. Marcel dalam video yang diunggah seorang jemaat di TikTok.
"Jam 03.00 mereka masih lemas, kita sudah standby."
Kepada ABC Indonesia, Pdt. Marcel mengatakan tidak menyangka konten video tersebut telah ditonton jutaan kali, hingga sekarang mencapai lebih dari 23,8 juta views.
Perang takjil mungkin sudah lama terjadi di Indonesia, tapi semakin ramai di jejaring sosial sampai ada video parodi yang membuat kita tertawa
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Prediksi BI, Ritel Tumbuh 8,3% saat Ramadan & Idulfitri
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam