Marcella Zalianty Merasa Dilecehkan

Marcella Zalianty Merasa Dilecehkan
Marcella Zalianty memberi keterangan kepada pers.
Hanya, Lastri memang diceritakan dari kisah masa lampau, sekitar 1960-an. Sehingga, syuting harus dilakukan di tempat yang masih memiliki peninggalan pada masa itu. ”Awalnya, kami mau syuting di Bantul, tapi tidak cocok dan banyak bendera partai di mana-mana. Seorang teman akhirnya menawarkan di Desa Wedi dan ternyata cocok. Jadi, tidak ada pretensi apa-apa,” jelas Eross.

Sebelum syuting, pihak Keana Production, rumah produksi milik Marcell, mengaku sudah mengantongi izin syuting dari Mabes Polri dengan tembusan ke beberapa polda. ”Kalaupun (ormas yang dimaksud) menolak, itu satu tindakan yang prematur karena kelayakan sebuah film untuk tayang atau tidak itu sudah kewenangan LSF,” ujar Minola Sebayang, kuasa hukum Marcell.

Marcell menyayangkan adanya pencekalan syuting film Lastri. Sebab, kata dia, itu murni karya seni. ”Sebagai pekerja seni, saya merasa dilecehkan. Bukan hanya pekerja seni, tapi juga hukum di Indonesia (dilecehkan). Kami putuskan untuk mengendapkan sementara waktu sambil menunggu keputusan selanjutnya,” tutur Marcell. Sampai kapan? Marcell belum bisa menjelaskan.

Yang pasti, dengan penundaan itu, terjadi penggelembungan anggaran sehingga bukan kerugian batin saja yang Marcell rasakan. ”Syuting yang seharusnya selesai Desember nanti jadi mundur. Saya masih perhitungkan kerugiannya,” katanya.

JAKARTA – Produksi film Lastri diendapkan. Jadwal tayang film yang dibintangi dan diproduseri artis Marcella Zalianty itu terpaksa mundur dari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News