Marcia Ann
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
"Pemerintah belum mengembangkan regulasinya," ujarnya. "Pemerintah juga belum menciptakan lembaga AI yang diperlukan yang dapat dipercaya," katanya.
Indonesia menurutnya, juga masih menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur digital, sumber daya manusia, kerangka hukum, dan etika.
Namun, katanya, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di Asia Tenggara. Indonesia memiliki pasar digital yang besar, populasi muda yang kreatif, dan kekayaan data yang luas.
Indonesia, menurut Prof Surya, juga telah menunjukkan kemajuan dalam penelitian AI, pengembangan perangkat lunak AI, dan banyaknya investasi dari Venture Capital di AI.
Prof Surya mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh International Data Corporation atau IDC Asia-Pacific Enterprise Cognitive.
Menurut penelitian itu pada tahun 2018, Indonesia memiliki tingkat adopsi AI tertinggi di Asia Tenggara. Nilainya sebesar 24,6 persen. Diikuti oleh Thailand (17,1 persen), Singapura (9,9 persen), dan Malaysia (8,1 persen).
Studi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat pertama di Asia Tenggara untuk AI. Namun, peringkat ini mungkin berubah seiring dengan perkembangan AI di negara-negara lain.
Prof Surya ini unik. Sekolahnya selalu di negeri. "Waktu itu saya lihat sekolah negeri di dekat rumah bagus-bagus," katanya.
Apa yang Anda harapkan dari Sam Altman untuk Indonesia? Saya pun menghubungi Prof Dr Johanes Surya. Ia sudah tahu Sam Altman mendapat Golden Visa.
- Searce Raih Penghargaan Google Cloud Country Partner of the Year 2025 untuk Asia Tenggara
- Bulan Ranjang
- IDCI Soroti Dampak Relaksasi TKDN Sektor TIK Terhadap Kemandirian Teknologi Nasional
- Tunggu 20 Persen
- Sibuk Bela Palestina, Puluhan Mahasiswa Asing Diusir dari Amerika
- Permalukan Trump, Iran Tegaskan Ogah Berunding Langsung dengan Amerika