Margiono, Selalu Ada Jalan
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Para botoh menjadi kelas elite sebagai pemilik ayam-ayam aduan yang jagoan. Para botoh juga sekaligus bertindak sebagai petaruh yang menjagokan ayamnya di setiap arena sabung.
Para botoh ini menjadi tokoh yang disegani dan berpengaruh di masyarakat, dan kemudian berkembang menjadi opinion leader atau opinion maker. Para botoh ini kemudian menjadi broker politik yang kuat karena jaringannya yang mengakar.
Wayang merupakan pertunjukan favorit di kalangan masyarakat Tulungagung. Karena itu para dalang mendapatkan posisi sosial yang tinggi dan dihormati.
Dalang-dalang yang terkenal mempunyai status sosial yang elite di kalangan masyarakat.
Margiono mempelajari pedalangan dan menjadi dalang, meskipun tidak profesional.
Sebagaimana masyarakat pedalaman Jawa pada umumnya, warga pedesaan Tulungagung kental dengan praktik spritualisme Jawa.
Islam adalah agama mayoritas yang dianut warga dengan tetap menjalankan ritual mistisisme Jawa dan praktik-praktik kejawen peninggalan Hindu, sehingga melahirkan varian Islam.
Latar belakang budaya itu menjadi identitas Margiono yang kuat. Dengan latar belakang budaya itu Margiono mulai menyusuri kariernya.
Margiono dan kawan-kawan disebut sebagai generasi Kembang Jepun yang menjadi pionir awal kemajuan Jawa Pos.
- Pj Gubernur Agus Fatoni Terima Anugerah Sahabat Pers Award dari SPS Sumut
- Kaltim Peringkat Kedua Nasional dalam Survei Indeks Kemerdekaan Pers 2024
- Iwakum Desak Polisi Bongkar Kasus Perusakan Mobil Jurnalis
- Tolak Intimidasi, Sahroni Minta Polisi Ungkap Motif Perusakan Mobil Jurnalis Hussein Abri
- Ponco Iwakum Dorong Pendukung SYL yang Menendang Wartawan Dijerat UU Pers
- BP2MI Tingkatkan Kolaborasi dengan Pers untuk Melindungi PMI