Margiono, Selalu Ada Jalan
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Berita adalah sesuatu yang punya nilai guna dan bisa didapat secara percuma.
Namun, kemudian oleh media, berita dijadikan komoditi yang mempunyai nilai tukar di pasar, yang bisa dijual kepada pembaca maupun pemasang iklan.
Periode Karah Agung mulai 1990 menjadi titik perkembangan konglomerasi Jawa Pos. Pada masa itu Jawa Pos hijrah dari Kembang Jepun ke Karah Agung.
Jawa Pos mulai memasuki fase ‘’spasialisasi’’ dengan melakukan ekspansi ke berbagai daerah di Indonesia, seiring dengan munculnya teknologi cetak jarak jauh.
Spasialiasi adalah fase ketika ruang dan waktu sudah bisa ditembus melalui teknologi. Saat itu Jawa Pos mengembangkan konglomerasi ke berbagai wilayah dengan melakukan kerja sama dengan berbagai media lokal.
Fase ini berlangsung sampai dengan 1998, ketika terjadi reformasi politik yang membawa kebebasan bagi media untuk berkembang seluas-luasnya.
Kebebasan pers itu muncul bersamaan dengan fase Graha Pena. Ketika itu Jawa Pos membangun office building 21 lantai dan menjadi salah satu lanskap Kota Surabaya. Jawa Pos menjadikan Graha Pena sebagai head quarter untuk mengembangkan konglomerasi ke seluruh Indonesia.
Itulah fase ‘’strukturasi’’ fase kematangan bagi Jawa Pos. Dalam sepuluh tahun sejak era Graha Pena Jawa Pos menjadi kekuatan konglomerasi media nasional terbesar.
Margiono dan kawan-kawan disebut sebagai generasi Kembang Jepun yang menjadi pionir awal kemajuan Jawa Pos.
- Pj Gubernur Agus Fatoni Terima Anugerah Sahabat Pers Award dari SPS Sumut
- Kaltim Peringkat Kedua Nasional dalam Survei Indeks Kemerdekaan Pers 2024
- Iwakum Desak Polisi Bongkar Kasus Perusakan Mobil Jurnalis
- Tolak Intimidasi, Sahroni Minta Polisi Ungkap Motif Perusakan Mobil Jurnalis Hussein Abri
- Ponco Iwakum Dorong Pendukung SYL yang Menendang Wartawan Dijerat UU Pers
- BP2MI Tingkatkan Kolaborasi dengan Pers untuk Melindungi PMI