Maria Ressa
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Peredaran narkoba di Filipina menurun, tetapi banyak terjadi pelanggaran HAM akibat operasi pemberantasan itu.
Maria Ressa dengan gigih melakukan investigasi terhadap berbagai pelanggaran dalam operasi petrus ala Duterte ini.
Ressa dengan berani masuk ke sarang-sarang peredaran narkoba dan melihat langsung operasi mereka. Beberapa liputan investigasi Ressa mengungkap terjadinya kejahatan kemanusiaan di balik operasi Duterte itu.
Duterte bersikap keras terhadap media yang mengkritiknya. Sebuah jaringan televisi nasional Filipina ABS-CBN berhenti bersiaran setelah izin operasionalnya tidak diperpanjang oleh pemerintah.
Jaringan stasiun televisi ini sudah beroperasi selama 25 tahun, dan selama Duterte berkuasa jaringan televisi itu bersikap kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah.
Duterte akhirnya menolak memperpanjang izin siar jaringan televisi itu, sehingga akhirnya jaringan televisi terbesar di Filipina itu gulung tikar.
Reputasi Duterte ini tidak membuat nyali Maria Ressa ciut. Dengan teguh dia melawan ‘’war on drug’’ dari Duterte dengan melakukan ‘’war on war on drug’’ melalui liputan-liputan investigasinya.
Di Rusia, Dmitry Muratov juga menghadapi risiko yang sama dengan Maria Ressa. Muratov mendirikan Novaya Gazeta pada 1993 dan menjadi pemimpin redaksinya sejak 1995. Enam staf di surat kabar yang dipimpinnya tewas sejak saat itu.
Haruskah pers di dunia termasuk Indonesia malu kepada Maria Ressa dan Dmitry Muratov?
- Pj Gubernur Agus Fatoni Terima Anugerah Sahabat Pers Award dari SPS Sumut
- Kaltim Peringkat Kedua Nasional dalam Survei Indeks Kemerdekaan Pers 2024
- Iwakum Desak Polisi Bongkar Kasus Perusakan Mobil Jurnalis
- Tolak Intimidasi, Sahroni Minta Polisi Ungkap Motif Perusakan Mobil Jurnalis Hussein Abri
- Ponco Iwakum Dorong Pendukung SYL yang Menendang Wartawan Dijerat UU Pers
- BP2MI Tingkatkan Kolaborasi dengan Pers untuk Melindungi PMI