Marshal Manengkei, Komponis Kelas Dunia yang Pilih Habiskan Hari Tua di Indonesia
Berencana Bikin Pengolah Sampah dan Stasiun TV
Senin, 24 September 2012 – 00:24 WIB
Marshal dan keluarga yang sama sekali tak punya darah Belanda itu lantas berimigrasi ke negeri tetangga Belgia tersebut dan mendarat di Maastricht. Segera setelah mereka menjejak ibu kota Provinsi Limburg di bagian selatan Negeri Kincir Angin tersebut, berlaksa kesulitan menerpa.
"Kami pendatang, Indo Belanda (menurut Marshal, ini sebutan untuk warga asal Indonesia yang berimigrasi ke Belanda. Tapi, umumnya, Indo Belanda adalah sebutan untuk orang berdarah Indonesia dan Belanda, Red) tidak diperlakukan baik saat itu. Ada diskriminasi yang sangat kuat," tuturnya sedih.
Belum lagi perubahan status dari sebuah keluarga yang sangat berada di Indonesia menjadi keluarga yang harus bekerja ekstra untuk penghasilan yang tak sepadan. "Ayah tidak bisa melawan. Kami semua yang Indo Belanda tidak bisa," tambah dia.
Alhasil, selalu memendam perasaan tertekan, sang ayah itu pun terkena stroke dan meninggal hanya sembilan bulan setelah keluarga tersebut tiba di Belanda. Di usia yang baru 17 tahun, Marshal sebagai anak tertua pun harus mengambil alih tanggung jawab menghidupi keluarga.
Bakat musik Marshal Conradt Jules Manengkei terasah berkat interaksinya dengan komunitas Indo Belanda di Belanda yang juga melahirkan Daniel Sahuleka
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408