Marshal Manengkei, Komponis Kelas Dunia yang Pilih Habiskan Hari Tua di Indonesia
Berencana Bikin Pengolah Sampah dan Stasiun TV
Senin, 24 September 2012 – 00:24 WIB
Begitulah, pulang sekolah Marshal akan bekerja di restoran, lalu berpindah ke pabrik hingga tengah malam. Baru setelah itu dia pulang untuk mengerjakan tugas dari sekolah. Tidur 3-4 jam saja, lalu bangun pagi-pagi untuk berjualan koran sebelum berangkat ke sekolah.
Salah satu yang menjadi pemacu semangatnya adalah sang ibu. Semula ibunya seorang istri pejabat yang tak bersentuhan langsung dengan pekerjaan rumah tangga. Semua dikerjakan juru masak, pelayan, dan tukang kebun.
Namun, di Belanda, terutama setelah ayahanda Marshal meninggal, ibunya tak segan mengerjakan semua. Mulai memasak, merapikan rumah, hingga mengurus anak. "Saya menyaksikan Ibu yang tak ragu mengubah kebiasaan. Saya pun terpacu makin bersemangat sekolah dan kerja," tuturnya.
Di sela-sela sekolah dan bekerja yang tak menyisakan banyak waktu itu, Marshal masih menyempatkan diri menggeluti hobinya. Yakni, menyanyi dan bermusik. Dia bergabung sebuah band di sekolah.
Bakat musik Marshal Conradt Jules Manengkei terasah berkat interaksinya dengan komunitas Indo Belanda di Belanda yang juga melahirkan Daniel Sahuleka
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408