Marsma (Pur) Nanok Soeratno Membedah Dapur Paskhas TNI-AU
Master Terjun Bebas, Penggagas Detasemen Bravo 

Tuhan menunjukkan jalan. Nanok berhasil diterima sebagai prajurit AU angkatan 1969. Dia merintis jenjang karir militer di Kopasgat atau Komando Pasukan Gerak Cepat, cikal bakal Paskhas TNI-AU.
Nanok pun mengikuti pendidikan komando yang dibagi menjadi tiga tahap. Yakni, tahap basis, gunung hutan, dan tahap rawa laut. Tahap gunung hutan ke tahap rawa laut dijembatani dengan long march untuk menguji daya tahan personel. "Pasukan komando itu harus bisa bertempur di darat, laut, dan udara," katanya.
Khusus Paskhas diwajibkan memiliki kemampuan tempur khas matra udara. Yakni, mulai pengendali tempur (dalpur), pengendali pangkalan (dallan), SAR tempur, jumping master, pertahanan pangkalan, penangkis serangan udara, jungle warfare, air assault (mobil udara), raid operation, hingga kemampuan antiteror aspek udara atau yang dikenal sebagai atbara (anti pembajakan udara).
"Disiplin pendidikan komando dari dulu sampai sekarang masih sama. Yang beda mungkin medan latihan atau senjata yang digunakan," katanya. Nanok mencontohkan, dahulu latihan menembak jitu malam hari menggunakan lilin yang harus dibidik tepat. "Sekarang ada infrared, itu kehebatan teknologi," katanya.
Sejak masih berpangkat kapten, Nanok punya gagasan untuk membentuk pasukan khusus yang lebih khusus di jajaran Paskhas. "Memang orang Paskhas itu yang terbaik, tapi ini diseleksi lagi yang paling bagus dari yang terbaik," katanya. Ide Nanok itu timbul tenggelam seiring dinamika organisasi internal TNI-AU.
Nah, saat Nanok menjabat Dankorpaskhas (1998 hingga 2001), legalisasi pasukan elite di antara yang elite (creme de la creme) tersebut dilakukan. Detasemen Bravo diresmikan KSAU Hanafie Asnan, teman seangkatan Nanok, pada 16 September 1999. Saat itu Hanafie baru pulang dari Jerman untuk menjalani operasi jantung.
"Saya perintahkan anggota mencari logo untuk tunggul dan duaja pasukan ke Jogjakarta," katanya. Kolonel Sriyono yang saat itu menjabat asisten logistik (Aslog) langsung menemui dalang kondang Ki Timbul Hadiprayitno. Dia pun diberi simbol senjata Guawijaya. Itu adalah senjata Rama saat melawan Rahwana. Moto tim elite yang pada awal terbentuk hanya beranggota 77 orang tersebut adalah Catya Wihikan Awacyama kapala yang artinya setia, terampil, berhasil.
Bravo sekarang sudah sangat maju. Seleksi untuk masuk juga sangat berat. Pendidikan Bravo sekitar enam bulan. Anggotanya diseleksi dari siswa terbaik peringkat pertama sampai ke-40 lulusan Sekolah Komando Paskhas dan personel aktif di wing, resimen, batalyon, atau detasemen. Seluruhnya diseleksi ketat, mulai IQ, kesamaptaan, keahlian spesialisasi militer yang dibutuhkan, serta kesehatan.
Korps Pasukan Khas (Paskhas) adalah rumah bagi para prajurit elite berkualifikasi komando di lingkungan TNI-AU. Karena spesial, literatur yang membahas
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408