Marty Ingin Polemik Usman Harun Dihentikan
jpnn.com - JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menegaskan tidak ingin memperpanjang polemik penamaan KRI Usman Harun. Pasalnya, ia tidak ingin hubungan Indonesia-Singapura putus hanya karena masalah tersebut.
Menurutnya, akar masalahnya hanyalah perbedaan persepsi belaka antara kedua negara. Karenanya, sangat disayangkan jika polemik KRI Usman Harun sampai merusak hubungan kedua negara.
"Mengenai latar belakang penamaan kapal perang itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk menunjukkan sikap tidak bersahabat, lebih-lebih pada Singapura," ujar Marty di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, (19/2).
Penegasan Marty ini menanggapi sikap Singapura yang melarang KRI Usman- Harun berlabuh di wilayahnya Larangan ini merupakan bagian dari protes Singapura terhadap penggunaan nama dua prajurit KKO pelaku pengeboman Mcdonald House di Singapura pada tahun 1965.
Masih menurut Marty, sampai saat ini Indonesia tetap menjaga hubungan baik dengan Singapura. Ia sendiri mengaku terus menjalin komunikasi dengan Menlu Singapura.
Karenanya, ia berharap situasi ini tidak dirusak dengan reaksi-reaski berlebihan. Ditegaskannya, semangat persahabatan antara negara bertetangga harus dikedepankan dalam mengelola polemik.
"Mungkin ini betul-betul bersumber dari perbedaan pandangan saja di masa lalu dan masa kini. Namun, tetap semuanya kita kelola dan terukur dengan baik, tidak bermusuhan kepada siapapun," kata menlu berkacamata bulat ini. (dil/jpnn)
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menegaskan tidak ingin memperpanjang polemik penamaan KRI Usman Harun. Pasalnya, ia tidak
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Bertemu Paus Fransiskus, Arsjad Rasjid Bawa Misi Kemanusiaan
- Beginilah Cara Iran Merekrut Warga Israel Jadi Mata-Matanya
- Hmmm... Puluhan Warga Yahudi Israel Mau Jadi Mata-Mata Iran
- Erdogan Jorjoran Menyokong Musuh Assad, Apa Kepentingan Turki di Suriah?
- Geledah Kantor Presiden, Polisi Korsel Cari Bukti Pengkhianatan