Mary Astuti, sang Penemu yang Bangga Dijuluki Profesor Tempe
Cemas Karena Petani Sering Terpengaruh Benih Bawaan Tim Sukses
Kamis, 25 Desember 2008 – 02:04 WIB
Gara-gara kecintaannya selama belasan tahun menggeluti ilmu kedelai, di kampus Mary sering dipanggil para koleganya sebagai profesor tempe. ’’Saya memang membuat disertasi tentang tempe saat kuliah di Tokyo University, 18 tahun yang lalu,’’ ujarnya.
Mengapa dia menulis disertasi tetang tempe? Memang ada cerita tersendiri. Saat itu, kebetulan profesor pembimbingnya di Jepang pernah terkesan saat mencicipi tempe. Mary lalu ditantang untuk menjabarkan tempe secara metodologis dan ilmiah.
Setelah bekerja keras, disertasi berjudul Bioavailability in Traditional Fermented Soy Bean itu bisa dia selesaikan. Dia lalu diwisuda sebagai doktor pada 1992.
Sejak itu, ke mana-mana Mary selalu promosi tempe. Dia laris diundang ke berbagai seminar internasional di berbagai negara. ’’Karena bolak-balik ngomong kedelai dan tempe, jadi ya dipanggil profesor tempe. Saya tidak malu, justru bangga,’’ tegasnya.
Saat krisis finansial global tak jelas kapan ujungnya seperti sekarang, guru besar UGM Prof Dr Mary Astuti kian rajin turun ke pematang. Dia berkampanye
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408