Mary Astuti, sang Penemu yang Bangga Dijuluki Profesor Tempe
Cemas Karena Petani Sering Terpengaruh Benih Bawaan Tim Sukses
Kamis, 25 Desember 2008 – 02:04 WIB
Hingga pertengahan bulan ini, Mary dan koleganya sudah mendampingi 7.110 petani dengan total lahan garapan seluas 1.775 hektare. ’’Basis kuatnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kebutuhan kedelai nasional kita itu 40 persen ditopang petani-petani dari Jawa Timur,’’ katanya.
Mary mendampingi petani sejak proses penyiapan lahan, penanaman, sampai teknologi pascapanen. ’’Sangat banyak yang harus dibenahi,’’ ujarnya.
Dia mencontohkan, petani kedelai tradisional biasanya menanam kedelai hanya dengan menyebar benih secara acak . ’’Hanya disawur saja, pyur, pyur. Yang hidup berapa, nggak jelas,’’ ungkapnya.
Demikian juga, saat panen dan pascapanen, petani terkadang menyepelekan cara memanen dan metode penyimpanannya. ’’Padahal, di negara-negara lain justru sangat teliti pada proses ini. Sedangkan petani kita yang penting dipetik, terus payu didol (laku dijual),’’ ujar wanita kelahiran Solo 60 tahun lalu tersebut.
Saat krisis finansial global tak jelas kapan ujungnya seperti sekarang, guru besar UGM Prof Dr Mary Astuti kian rajin turun ke pematang. Dia berkampanye
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408