Mary Astuti, sang Penemu yang Bangga Dijuluki Profesor Tempe

Cemas Karena Petani Sering Terpengaruh Benih Bawaan Tim Sukses

Mary Astuti, sang Penemu yang Bangga Dijuluki Profesor Tempe
Foto : Ridlwan Habib/JAWA POS
Salah satu dokumen sejarah yang memuat cerita tentang kedelai juga ditemukan dalam Serat Sri Tanjung (abad ke-12 M). ’’Di rumah Ki Sido Pekso itu ada butir-butir biji yang deskripsinya sama dengan kedelai,’’ tuturnya.

 

Ki Sido Pekso adalah suami Dewi Sri Tanjung yang menuduh istrinya berselingkuh dengan raja. Sambil menangis, dia bersedia dibunuh dengan syarat jika nanti ada bau wangi, berarti dirinya tidak bersalah. Sesaat setelah keris Ki Sido Pekso menancap di perut sang istri, Sri Tanjung melompat ke sumur dan airnya berubah berbau wangi. Cerita itulah yang menjadi cikal bakal nama Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Mary menambahkan, jejak kedelai hitam juga ditemukan di Tuban dan daerah aliran sepanjang Sungai Brantas. ’’Mungkin karena diperdagangkan dan ditukar dengan bahan pokok lain,’’ ungkapnya.

Dalam budaya Jawa, kedelai hitam juga dipakai dalam berbagai acara selamatan. Mulai acara pernikahan (kacar kucur) sampai kenduri karena ada orang yang meninggal. ’’Sego liwet yang asli itu selalu ditaburi kedelai hitam di atasnya,’’ ujarnya.

Berbekal fakta sejarah, kualitas lahan, dan potensi petani, Mary benar-benar gemas ketika kebutuhan kedelai nasional belum tercapai. ’’Kita harus mengimpor beratus-ratus ton, padahal ladang kita mampu,’’ katanya.

Saat krisis finansial global tak jelas kapan ujungnya seperti sekarang, guru besar UGM Prof Dr Mary Astuti kian rajin turun ke pematang. Dia berkampanye

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News