Maryani dan Ponpes Khusus Waria di Jogjakarta
Cari Sangu sebelum Naik Keranda
Kamis, 03 Maret 2011 – 08:08 WIB
Di Jogja, saat ini terdapat sekitar 200 waria. Kebanyakan bekerja sebagai pengamen di lampu-lampu merah dan bekerja di salon. Meski tidak sedikit yang beragama selain Islam, Maryani tetap membuka pondoknya untuk mereka. "Tidak ada diskriminasi di sini. Yang beragama lain silakan datang."
Harus Terus Bersyukur
Rambut pendeknya tertutup kerudung cantik merah. Meski sudah muncul keriput di sana-sini, waria itu masih terlihat energik. Meski begitu, Maryani tidak pernah merasa terlahir sebagai waria. Bagi dia, hidupnya sekarang adalah anugerah yang harus disyukuri meski orang-orang mencibirnya sebagai orang berkepribadian ganda. "Waria itu bukan pilihan hidup. Saya jelas tidak mau kalau disuruh memilih menjadi waria," tegasnya.
Maryani merasa terpanggil untuk mengumpulkan teman-temannya sesama waria di Ponpes Al-Fatah Senin-Kamis yang dia dirikan. "Waria juga manusia yang ingin beribadah. Ingin sujud di hadapan Allah," ujar waria kelahiran Jogja, 15 Agustus 1960, tersebut.
Dua petak ruangan kecil di rumah Maryani, kawasan Notoyudan, Jogjakarta, kalau malam disulap menjadi tempat salat. Beberapa ruangan di belakang rumahnya
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408