Masalah Sepele kok Ortu Murid Tega Mencukur Paksa Rambut Guru, Keterlaluan!

Masalah Sepele kok Ortu Murid Tega Mencukur Paksa Rambut Guru, Keterlaluan!
Masalah Sepele kok Ortu Murid Tega Mencukur Paksa Rambut Guru, Keterlaluan! Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

Usia remaja masih didorong oleh perasaan "jaim" (jaga image) yang tinggi dalam diri anak. Anak remaja secara psikologis pantang untuk dipermalukan, apalagi menyangkut fisik mereka. 

Sebaliknya anak remaja inginnya didengarkan apa yang menjadi isi hatinya, dihargai pendapatnya, dan diajak dialog bersama.

Seandainya mencukur siswa ada di aturan sekolah, mengapa guru memotongnya asal-asalan? Ini rasanya kurang pas. 

"Coba misalkan guru memotongnya rapi, enak dipandang, besar kemungkinan anak dan orang tua tidak mempermasalahkannya," ujar guru honorer ini.

Poinnya kata Iman, harus ada perubahan paradigma dalam mendisiplinkan siswa, dengan mengembangkan "disiplin positif" di antaranya. 

Disiplin positif adalah cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara ortu dan anak.

Dalam praktiknya anak diajarkan memahami konsekuensi perilaku mereka. Disiplin positif mengajarkan anak rasa tanggung jawab dan penhormatan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

5. Dengan maraknya kejadian seperti ini, agar tak ada lagi korban dari guru atau siswa, P2G mendesak perlu disosialisasikannya "Kode Etik Guru Indonesia", yang sudah disepakati para organisasi profesi guru tingkat nasional, yang difasilitasi Kemdikbudristek baru-baru ini.

Hanya karena masalah sepele, kok, ortu murid SD tega mencukur paksa rambut guru, keterlaluan!

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News