Masih Sakit Hati, Ukraina Haramkan Vaksin COVID-19 Bikinan Rusia
jpnn.com, KIEV - Parlemen Ukraina pada Jumat mengesahkan rancangan undang-undang tentang percepatan pengadaan vaksin COVID-19 yang di dalamnya turut melarang pengadaan dan penggunaan vaksin buatan Rusia.
Pemerintah Ukraina mengatakan pihaknya akan menerima 100.000 sampai 200.000 dosis vaksin buatan Pfizer Inc bersama BioNTech lewat skema pengadaan vaksin global, COVAX, pada Februari 2021.
Pfizer Inc merupakan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, sementara BioNTech merupakan perusahaan bioteknologi asal Jerman.
Otoritas di Ukraina belum mengeluarkan izin pakai darurat untuk vaksin COVID-19 apapun, tetapi pemerintah telah berulang kali mengatakan Kiev tidak akan memberi izin untuk penggunaan vaksin dari Rusia,
Seperti diketahui, hubungan dua negara itu terus renggang sejak Rusia menganeksasi wilayah Krimea.
"Salah satu kekuatan politik (di Ukraina) telah menciptakan histeria terkait masalah vaksin Rusia," kata Menteri Kesehatan Ukraina Maksym Stepanov saat memberi pengarahan, yang disiarkan di saluran televisi nasional.
"Saya ingin mengatakan bahwa: histeria ini dapat berlangsung lama, dan tidak ada yang akan mendaftarkan atau memberi izin untuk vaksin buatan Rusia di negara ini," ujar dia.
Biolik, perusahaan farmasi Ukraina, awal bulan ini mengatakan pihaknya telah mendaftarkan Sputnik V, vaksin COVID-19 buatan Gamaleya Institute Rusia untuk mendapatkan izin pakai darurat ke Pemerintah Ukraina. Perusahaan itu punya hubungan dekat dengan Viktor Medvedchuk, tokoh oposisi di Ukraina yang didukung oleh Rusia.
Ukraina dengan tegas melarang pengadaan dan penggunaan vaksin COVID-19 buatan Rusia
- Kasus Korupsi Proyek APD Covid-19, KPK Jebloskan Pengusaha Ini ke Sel Tahanan
- Rusia Nilai Indonesia Sangat Klop dengan BRICS
- Angkatan Laut Rusia Bakal Masuki Perairan Indonesia, Ada Misi Khusus Apa?
- Mendaki Secara Ilegal, Bule Rusia Jatuh di Gunung Rinjani, Pendaki Jakarta Belum Ditemukan
- Korupsi Insentif Nakes RSUD Palabuhanratu, Polda Jabar Tangkap 3 Tersangka Baru
- Emmanuel Macron Sebut Uni Eropa Perlu Mempertimbangkan Kembali Hubungan dengan Rusia