Masjid Al Ikhlas di PIK, Perpaduan Ibadah dan Ekonomi Berkelanjutan

"Konsep Islamic Classical yang kami usung tidak hanya memadukan keindahan arsitektur, tetapi juga mendukung fungsi modern, termasuk aspek bisnis untuk keberlanjutan ekonomi masjid," tutur Nono.
Lebih dari itu, Agung Sedayu Group juga merencanakan pembangunan masjid yang lebih besar dengan kapasitas 5.000 jemaah, yang ditargetkan selesai pada akhir 2026.
Masjid itu nantinya juga akan mengadopsi konsep ekonomi berkelanjutan yang lebih luas.
"Kami ingin menjadikan Masjid Al Ikhlas sebagai ikon keagamaan di kawasan PIK, bukan hanya megah secara arsitektur, tetapi juga mandiri secara ekonomi dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar," kata dia.
Pembangunan Masjid Al Ikhlas diharapkan dapat menjadi model bagi masjid-masjid lain dalam mengembangkan sistem ekonomi berkelanjutan, sehingga dapat berfungsi lebih dari sekadar tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan umat.(*/jpnn.com)
Direktur Utama Agung Sedayu Group Letjen (Purn) DR. Nono Sampono menyebut Masjid Al Ikhlas PIK adalah perpaduan ibadah dan ekonomi berkelanjutan.
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam
- Saham Anjlok Lagi, BEI Terapkan Penghentian Sementara Perdagangan
- Respons Kebijakan Impor AS Yogyakarta Harus Adaptif
- Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
- PIK 2 Dinilai Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Pesisir
- Transformasi Digital sebagai Pilar Ketahanan Ekonomi di Era Perang Dagang Global
- Kehadiran Dermaga PIK Mengangkat Potensi Pertumbuhan Wisata Bahari Jakarta