Masjid Jarang

Oleh Dahlan Iskan

Masjid Jarang
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Setelah hujan reda terlihat lagi kekurangan: orang bergerombol untuk mencari sandal/sepatu masing-masing.

"Kami menemukan kelemahan itu. Kami akan atasi," ujar Helmy Noor, pengurus Masjid Agung Surabaya.

Helmy adalah alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang. Lalu melanjutkan ke Sospol Universitas Darul Ulum, juga di Jombang.

"Jumat depan masing-masing jemaah membawa kantong plastik. Sandal/sepatu dimasukkan kantong. Ditaruh di sebelah masing-masing," ujarnya.

Ide itu mengingatkan saya ketika ke pusat Buddha Tzu Chi di Hualien, pantai timur Taiwan. Semua orang juga harus melepas sepatu, tetapi takmirnya menyediakan kantong kain.

"Kami juga akan sediakan. Siapa tahu ada jemaah yang lupa membawanya," ujar Helmy.

Masjid Agung Surabaya memang besar sekali. Sangat memungkinkan untuk pengaturan seperti itu.

Cara itu akan sulit dilakukan di masjid kecil --yang ketika tanpa jaga jarak pun sudah penuh.

Memang itulah doktrin salat. Harus berimpitan. Yang salatnya berjarak, akan ada setan di sela itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News